Meningkatnya popularitas kopi di Indonesia pada era third wave diiringi juga dengan naiknya popularitas terhadap metode pour over dalam penyeduhan kopi. Keberadaan dan kualitas metode pour over di cafe seringkali menjadi tolok ukur bagi pecinta kopi apakah mereka mau mampir ke cafe tersebut atau tidak.
Key Takeaways
Tidak hanya di cafe, metode pour over juga sering digunakan oleh para penikmat kopi untuk menyeduh kopinya di rumah. Hal ini karena pour over hanya memerlukan alat-alat yang mudah didapatkan dan dinilai lebih praktis untuk mencapai hasil optimal dari kopi tersebut tanpa ampas.
Artikel ini akan membahas tentang metode pour over dalam dunia kopi, jadi pastikan baca artikel ini sampai habis.
Metode pour over adalah cara khas untuk menyeduh secangkir kopi yang memikat, di mana air panas disalurkan perlahan-lahan melalui bubuk kopi yang telah ditempatkan di dalam filter. Air panas ini meresap melalui bubuk kopi, kemudian turun perlahan ke dalam cangkir, menciptakan sejuta kenikmatan.
Para penggemar setia metode pour over meramu rasa kopi mereka dengan hati-hati, menguasai tiga tahapan penting: membasahi bubuk kopi, disolusi, dan difusi. Mereka memperhatikan setiap aspek, mulai dari durasi membasahi bubuk kopi, lama penyeduhan, hingga tepatnya jarak ketika air panas dituangkan. Keseluruhan konsep ini dikenal dalam dunia kopi sebagai "ekstraksi," yang menjadi kunci keberhasilan metode pour over.
Yang mencolok dalam metode ini adalah sentuhan manusia yang khas, di mana air panas dituangkan secara manual ke atas bubuk kopi. Oleh karena itu, tak heran jika banyak yang menggambarkan metode ini sebagai "hand brewing" atau penyeduhan kopi secara manual, menghadirkan sentuhan pribadi dalam setiap sajian kopi yang dihasilkan.
Sejarah metode pour over, dalam berbagai versinya, sering kali terhubung erat dengan penemuan penyaring kertas pada abad ke-19. Penyaring kertas ini pertama kali dikenal berawal dari kisah inspiratif seorang ibu asal Jerman bernama Amalie Auguste Melitta Bentz, yang juga merupakan pencinta kopi yang rajin. Setiap pagi, ritualnya adalah menyeduh secangkir kopi. Namun, masalahnya sering muncul ketika dia menemukan ampas kopi mengganggu kenikmatan minumannya.
Suatu hari, ia mendapatkan ide untuk merobek selembar kertas minyak dari buku catatan sekolah anaknya dan meletakkannya di dalam pot kuningan yang telah dilubangi. Bubuk kopi kemudian ditempatkan di atas kertas tersebut, dan air panas dituangkan dengan hati-hati. Hasilnya adalah kejutan yang memuaskan: kopi yang lebih jernih dan bebas dari ampas. Amalie tidak lagi kesulitan membersihkan ampas kopi karena kertas penyaring ini dapat dengan mudah dibuang ke tempat sampah.
Pada bulan Juni 1908, Amalie mengajukan paten untuk inovatifnya dalam penyaring kertas ini. Hal ini kemudian membawa Amalie untuk mendirikan perusahaan bernama Melitta. Bersama suaminya, Hugo, mereka memperkenalkan penyaring kertas temuan mereka di Leipzig Trade Fair, Jerman, pada tahun 1909. Produk mereka ternyata mendapat sambutan besar dan kesuksesan yang luar biasa. Pada tahun 1937, Melitta memperkenalkan penyaring berbentuk kerucut, sebuah desain yang terbukti dapat meningkatkan kualitas penyeduhan kopi karena memiliki penampang yang lebih lebar.
Melitta tidak berhenti di situ saja. Mereka terus mengembangkan alat-alat praktis yang lebih dari sekadar kaleng berlubang sebagai penampung penyaring kertas. Mereka menciptakan alat berbentuk dripper yang mengerucut, yang bisa diletakkan di atas cangkir atau teko. Dripper pertama yang mereka jual secara komersial kabarnya memiliki delapan lubang di bagian dasarnya, dan pada tahun 1960, desainnya mengalami perubahan menjadi hanya satu lubang, mengukuhkan tempatnya dalam sejarah penyeduhan kopi yang kian berkembang.
Ada beberapa pilihan alat yang bisa dipersiapkan untuk menyeduh kopi dengan menggunakan metode pour over.
Dripper menjadi alat pertama yang penting dalam proses penyeduhan pour over. Dripper ini yang nantinya menjadi alat yang menampung filter dan bubuk kopi di atas cangkir maupun server saat proses penyeduhan.
Pada dasarnya, ada beberapa jenis dripper yang bisa Anda gunakan, mulai dari V60, Kalita, Chemex, dan Melitta, yang mana masing-masing memiliki bentuk dan karakteristik hasil seduhan yang berbeda.
Masing-masing dripper memiliki alur air yang berbeda saat ekstraksi sehingga tak jarang membutuhkan kertas filter yang berbeda juga.
Alat kedua yang dibutuhkan adalah filter atau penyaring. Umumnya, filter ini bisa berbahan kertas maupun kain. Namun, biasanya masing-masing dripper mengeluarkan filter khusus yang dapat berfungsi optimal dengan drippernya.
Dalam menggunakan filter, sebaiknya Anda membilasnya terlebih dahulu sebelum menyeduh sehingga tidak ada rasa kertas dalam kopi Anda.
Alat selanjutnya yang dibutuhkan dalam metode pour over adalah timbangan. Ini penting agar hasil seduhan kopi Anda menjadi konsisten. Timbangan ini penting untuk menentukan berapa takaran kopi dan air yang tepat dalam menyeduh kopi.
Alat terakhir yang berperan penting adalah kettle. Dalam proses penyeduhan pour over, aliran air dan suhu memiliki peranan penting. Agar keduanya konsisten, maka dibutuhkan juga kettle yang tepat agar suhu air tidak turun.
Oleh karena itu, kettle leher angsa menjadi rekomendasi saat menyeduh dengan metode pour over. Hal ini disebabkan karena ujungnya yang ramping dapat menjaga aliran air dan suhu pada proses penyeduhan.
Berikut adalah langkah-langkah menyeduh dengan metode pour over:
Membuka usaha bisnis café bukan hal yang sepele. Perlu banyak hal yang dipersiapkan, seperti mesin espresso yang tepat untuk menghasilkan kopi yang nikmat. Namun sayangnya, mesin kopi memiliki harga yang tinggi dengan biaya perawatan yang tidak murah juga.
Agar bisnis café Anda tidak mengeluarkan modal yang terlalu banyak. Anda bisa investasikan mesin kopi bagi usaha café Anda dengan sewa mesin kopi lewat Caférentals di Cafémaker. Caférentals dari Cafémaker adalah layanan yang didedikasikan bagi Anda para pengusaha café untuk dapat menyewa mesin kopi dengan biaya rendah dan bebas biaya perawatan. Kunjungi situs kami untuk informasi lebih lanjut!